Walaupun banyak yang yakin bahwa kita tidak mudah untuk ditipu, kadang indera perasa dapat tertipu oleh indera penglihatan kita. Hal ini dikarenakan manusia memiliki tuntutan tertentu tentang bagaimana suatu tampilan produk makanan seharusnya terlihat. Saat warna makanan berbeda dengan ekspektasi kita, otak kita memberikan informasi bahwa rasanya akan berbeda juga. Berdasarkan penelitian ilmiah yang sudah dilakukan bertahun-tahun, manusia lebih condong menggunakan tanda-tanda visual dari warna untuk mengidentifikasi dan menilai kualitas dan rasa dari produk yang kita konsumsi.
Makanlah dengan Matamu
Organ perasa pada lidahberperan penting untuk menentukan empat (4) rasa dasar yaitu manis, asin, pahit dan asam. Saat indra perasa mengalami kontak dengan makanan, organ perasa di lidah akan mengirimkan sinyal ke otak untuk menginterpretasikan rasa. Karena kita melihat makanan terlebih dahulu sebelum disantap, maka mata kita mengirimkan sinyal ke otak lebih cepat daripada sinyal yang dikirimkan lidah ke otak. Hal ini dapat menentukan bagaimana kita akan merasakan makanan yang ada dihadapan kita, bahkan sebelum menyentuh lidah kita.
Warna seringkali menjadi elemen pertama yang diperhatikan dari penampilan sebuah produk makanan. Manusia mulai menghubungkan antara warna dengan makanan tertentu sejak lahir, dan mengasosiasikan warna tersebut dengan rasa secara berkelanjutan sepanjang hidupnya. Sebagai contoh, kita mungkin menduga bahwa pudding berwarna kuning akan memiliki rasa pisang atau lemon, sementara pudding berwarna merah akan memiliki rasa ceri atau kayu manis. Pada produk bahan makanan segar seperti buah-buahan dan sayur-sayuran, kita mengandalkan warna untuk menentukan tingkat kematangan atau kesegarannya. Apabila warna suatu produk makanan tidak sesuai dengan yang kita harapkan, kita mungkin akan menganggap rasa dari makanan tersebut berbeda dari biasanya. Hal ini merupakan efek psikologis yang digunakan oleh perusahaan makanan untuk keuntungan mereka.
Menunjukkan Warna Asli
Untuk memberikan kesan pada rasa, aroma atau kualitas tertentu, pewarna makanan ditambahkan pada produk makanan, baik yang diolah maupun yang segar. Menambahkan warna merah pada kulit buah apel contohnya, dapat mempengaruhi konsumen untuk mempercayai bahwa apel tersebut lebih manis rasanya. Pada penelitian yang dipublikasikan oleh Journal of Food Science, ditemukan bahwa kebanyakan orang bingung apabila minuman yang diminum warnanya tidak sesuai harapan mereka. Pada penelitian tersebut, minuman rasa ceri dimanipulasi warnanya menjadi oranye, sehingga peserta tes menyangka minuman tersebut berasa jeruk, sementara minuman rasa ceri yang dimanipulasi warnanya menjadi hijau, disangka oleh peserta tes sebagai minuman berasa jeruk nipis.
Menurut publikasi di Fast Food Nation, penelitian yang lebih ekstrim pernah dilakukan pada awal tahun 1970, dimana hasil penelitian ini memberikan ide mengenai bagaimana warna mempengaruhi selera dan persepsi kita terhadap makanan. Peserta tes pada eksperimen ini disajikan sepiring daging steak dan kentang goreng. Ruangan tempat eksperimen berlangsung dipasangi cahaya dengan warna yang berbeda, yang mempengaruhi tampak makanan dari luar. Dibawah efek pencahayaan, peserta menyatakan bahwa makanan yang tersaji rasanya enak dan normal. Apabila efek pencahayaan di ruangan dimatikan dan dikembalikan seperti semula, ternyata terlihat bahwa daging steak yang tersaji diberi pewarna biru sedangkan ketang goreng dibubuhi pewarna hijau. Saat melihat tampilan makanan ini dalam pencahayaan normal, banyak peserta yang kehilangan selera makan dan tidak mau mencoba makanan yang tersaji didepan mereka.
Pewarna makanan juga digunakan untuk mengurangi efek pudarnya warna dari makanan saat proses produksi berlangsung, akibat terkena cahaya langsung, perubahan suhu, kelembaban, dan keadaan saat produk berada dalam penyimpanan. Selain itu, pewarna makanan juga digunakan untuk mempertegas warna natural dari makanan untuk memberikan warna pada bahan makanan yang umumnya tidak memiliki warna. Penggunaan pewarna dengan aplikasi ini umumnya terjadi pada industri perikanan, dimana ikan salmon yang dibiakkan oleh petani umumnya memiliki warna abu-abu yang tidak menarik, kemudian diberi warna merah muda untuk member kesan daging yang segar dan berkualitas.
Peran warna pada persepsi manusia terhadap rasa telah lama diteliti oleh perusahaan makanan untuk mengerti lebih jauh mengenai perilaku konsumen yang mempengaruhi kecenderungan konsumen memilih produk yang dihasilkan. Tanpa adanya faktor-faktor visual ini, indera perasa kita mungkin menjadi bingung dan tidak dapat membedakan mana pudding yang berasa lemon dengan yang berasa ceri. Walaupun dewasa ini banyak perdebatan mengenai penggunaan pewarna makanan akibat pengaruhnya terhadap kesehatan, perusahaan makanan mengetahui bahwa konsumen menentukan kualitas dan rasa produk makanan sebelum makanan tersebut dirasakan oleh lidah manusia.
Jadi, apakah anda tetap memilih kentang goreng berwarna hijau atau ikan salmon berwarna abu-abu?
Untuk info lebih lanjut tentang alat ukur warna dan cahaya, silakan hubungi PT. Almega Sejahtera di email kami: [email protected]